Minggu, 18 Maret 2012

Analis Struktur Kognisi Manusia dan Arsitektur Komputer

Apa yang dimaksud dengan struktur kognitif? Ada yang tahu? Supaya kita tidak sama-sama bingung, mari kita urai bersama pengertiannya berdasarkan kata demi kata.
Struktur? Apa yang dimaksud dengan kata struktur? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, struktur merupakan cara sesuatu disusun atau dibangun, yang disusun dengan pola tertentu. Sedangkan kognitif? Apa itu kognitif? Menurut Livingstone, kognitif adalah kemampuan berpikir dimana yang menjadi objek berpikirnya terjadi pada diri sendiri. Segala sesuatu tentang pengetahuan, kesadaran, kontrol yang dihasilkan dari proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri.
Dari uraian diatas, maka dapat kita simpulkan, apa itu Struktur Kognitif.. struktur kognitif merupakan pola atau susunan berpikir yang terjadi pada diri sendiri untuk mendapatkan pengetahuan, kesadaran, dan kontrol.
Arsitektur itu merupakan ilmu untuk membuat atau merancang suatu konstruksi bangunan. Lalu apa yang dimaksud dengan Arsitektur Komputer. Mungkin dalam hal ini, yang dirancang bukanlah tetapi suatu program komputer.
Model-model ini diciptakan oleh manusia dalam membangun suatu program komputer untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Model yang digunakan pada metode ini adalah :
1. GOMS
GOMS merupakan model Goals, Operators, Methods, Selections yang diperkenalkan oleh Card, Moran dan Newell. Goal adalah tujuan yang ingin dicapai oleh pengguna, Operator adalah analisis. Operator terdiri atas tindakan dasar yang harus dilakukan user dalam menggunakan sistem. Method adalah beberapa cara untuk membagi tujuan ke dalam beberapa sub-tujuan. Terkahir adalah Selection yang merupakan pilihan terhadap metode yang ada.
GOMS tidak membiarkan pilihan menjadi acak, namun lebih dapat diprediksi yang secara umum tergantung dari user, kondisi sistem dan detail tujuan. Tujuan GOMS dapat digunakan untuk mengukur kinerja.
GOMS merupakan metode yang baik untuk mendeskripsikan bagaimana seorang ahli melakukan pekerjaannya. Jika digabung dengan model fisik dan model perlengkapan maka akan dapat digunakan untuk memprediksi kinerja user dari aspek waktu eksekusi.
2. CCT
CCT adalah kepanjangan dari Cognitive, Complexity Theory yang diperkenalkan oleh Kieras dan Polson. CCT merupakan perluasan dari GOMS yang mengandung banyak prediksi atau kemungkinan.
Tujuan utama CCT adalah untuk mengetahui pengetahuan dari prosedur dimana orang-orang membutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan rutin yang muncul dan diwakili oleh peraturan produksi. Selain itu, CCT juga dapat digunakan untuk mengetahui peraturan produksi terkait dapat dihasilkan berdasarkan pada analisa GOMS. Sebuah kompleksitas dari permasalahan akan dimunculkan dalam angka dan isi dari peraturan produksi. Dapat juga digunakan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah prosedur di ramalkan dengan system produksi yang mewakili peraturan tersebut bersamaan dengan waktu operasi tertentu. Waktu yang dibutuhkan untuk belajar dari sebuah masalah adalah tujuan dari urutan eraturan baru yang harus dipelajari oleh user. Terakhir, dapat mengetahui beberapa prediksi tentang kesalahan dan penambahan kecepatan dengan latihan dapat juga dipelajari dari isi peraturan produksi.
Model CCT, misalnya GOMS analysis, menghilangkan banyak sekali deatail dari perilaku user. Secara umum, apapun yang berada diluar wilayah prosedur pengetahuan tidak dimodelkan. Ini artinya model tersebut tidal memuat model gerakan seerti penekana tombol seperti layaknya operater terdahulu. CCT tidak termasuk pula proses yang dibutuhkan oleh user.
Meskipun memiliki banyak kekurangan, CCT cenderung lebih terjangkau. Percobaan di Lab. menunjukan dukungan empiris untuk banyak tuntutan mengenai CCT. Ruang kerja CCT dibangun dan di sahkan pada detail terbail pada pre-GUI tex edit. Namun demikian hal ini telah pula diterapkan pada system yang berdasarkan menu.
 Jadi dapat disimpulkan bahwa struktur kognisi dan arsitektur komputer memiliki perbedaan. Lalu apa perbedaannya?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya kalau struktur kognitif manusia itu proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri, jadi manusia memiliki kontrol terhadap proses berpikirnya sendiri. Sedangkan kalau arsitektur komputer itu yang menciptakan adalah manusia, manusia yang membuat program, manusia yang membuat pola dari sistem komputer itu. Jika disatukan, maka akan menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang sangat menguntungkan.

sumber :
blogger.google

Senin, 14 November 2011

Jenis Alat Psikotest yang Digunakan untuk Tes Masuk Kerja

Jenis Alat Psikotest yang Digunakan untuk Tes Masuk Kerja

1.Tes Intelektual, terdiri dari :
- CFIT (Culture Fair Intelegence Test) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
- TIU (Tes Intelegensi Umum) = untuk mengungkap kemampuan mental umum
- TKD (Tes Kemampuan Dasar) = untuk mengukur kemampuan dasar individu
- AA (Army Alpha) = untuk mengetahui daya tangkap atau daya konsentrasi orang
- ADKUDAG (Administrasi dan Keuangan) = untuk mengetahui kemampuan administrasi dan keuangan
- IST (Tes inteligensi) yang terdiri dari 9 subtes didasarkan pada
anggapan bahwa struktur inteligensi tertentu cocok dengan pekerjaan
atau profesi tertentu.
2.Tes Kepribadian
- EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) = untuk mengukur
kepribadian orang dilihat dari kebutuhan-kebutuhan yang mendorongnya (16 faktor)
- DAM&BAUM = Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) = untuk
mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja
- WARTEGG = untuk mengetahui emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek
- Tes Pauli = untuk mengukur sikap kerja dan prestasi kerja (daya
tahan, keuletan, sikap terhadap tekanan, daya penyesuaian, ketekunan, konsistensi, kendali diri)
- KRAEPLIEN = untuk mengungkap ketelitian,kecepatan, kestabilan dan
ketahanan kerja
- RM (The Rothwell Miller) = untuk mengetahui minat seseorang terhadap jenis pekerjaan
- PAPI Kostick = untuk menjabarkan kepribadian dalam 20 aspek yang
masing-masing mewakili need atau role tertentu, tinggi rendahnya need
atau role tertentu mempunyai arti yang spesifik. Konfigurasi yang
diperoleh adalah gambaran dari pilihan testee yang bermuatan need atau role; dan dibandingkan dengan need atau role lain dalam keseluruhan sistem kepribadian berdasarkan persepsi testee atas dirinya sendiri.
* Wartegg Test
Pernahkah anda ikut psikotest dan disuruh menggambar atau melengkapi gambar delapan kotak diatas (Wartegg Test)
Pada saat Anda menjalankan Wartegg Test, Anda akan diberi selembar kertas yg berisi 8 kotak yg ada stimulus2 nya, kemudian Anda akan diberikan perintah untuk melengkapi dari gambar yg ada di kotak tersebut.
Isi dari masing2 gambar :
gambar 1. berupa titik ditengah kotak : ini menyangkut hal2 yg
berhubungan dengan penyesuaian diri yaitu bagaimana seseorang
menempatkan diri dalam lingkungan
gambar 2. berupa ~ tapi berada di kotak sebelah kiri : menunjukkan
fleksibilitas perasaan.
gambar 3. berupa 3 garis horisontal dari pendek, sedang tinggi sejajar:
mengukur hasrat untuk maju atau ambisi
gambar 4. berupa kotak kecil di sebelah kanan : mengukur bagaimana
seseorang mengatasi kesulitan
gambar 5. seperti huruf T tapi miring (susah gambarinnya) : mengukur
bagaimana cara bertindak.
gambar 6. berupa garis horisontal ; vertikal : mengukur cara berpikir atau
analisa; sintesa
gambar 7. berupa titik2 : menyangkut kehidupan dan perasaan ( apakah
sudah stabil, kekanakan)
gambar 8. berupa lengkungan : mengenai kehidupan social atau hubungan sosial
Jika anda pernah bertanya-tanya apa fungsi test melengkapi gambar diatas dan apakah test diatas sebenarnya adalah untuk mencari tahu siapa diantara peserta yang paling pintar menggambar.
psikolog testTernyata test diatas bukan untuk mengetahui kemampuan menggambar
Anda melainkan hal tersebut merupakan salah satu cara dari beberapa
cara yang lain yang digunakan oleh psikolog untuk mengetahui
kepribadian Anda dari cara Anda menggambar.
Test Wartegg mengharuskan peserta untuk melengkapi gambar yang
terdiri dari 8 gambar, 4 diantaranya berupa garis lurus (Gambar III,
IV, V, dan VI) dan empat lainnya berupa garis lengkung (Gambar I, II,
VII, VIII). Selain itu menurut informasi yang didapat juga menyatakan, dari cara Anda menggambar akan terlihat apakah Anda seorang yang keras kepala, tidak terorganisir,dll. Semuanya terlihat dari kebersihan, kerapian, tekanan pensil dan sebagainya. Test ini juga mampu untuk mengungkapkan kemampuan IQ anda, dari hasil apa yang Anda gambar.
* BAUM Test
Draw A Man Tes (Tes Gambar Orang) ; untuk mengetahui tanggung jawab, kepercayaan diri, kestabilan dan ketahanan kerja.
BAUM Test termasuk dalam test Grafis. Mungkin Anda pernah menjalani test dimana Anda diberi kertas kosong dan diminta untuk menggambar pohon, dan dikertas lainnya diminta menggambar orang.
Yang dinilai bagus atau tidaknya gambar tersebut, melainkan besar-kecil gambar, tarikan garis (tegas atau tidak atau patah2), letak gambar (kanan-kiri, atas-bawah, atau center). Biasanya Anda juga diminta untuk memberikan keterangan pohon apa yang digambar, kalau orang ( dia lagi melakukan apa dan jenis kelaminnya apa). Tiap2 gambar ada artinya.


* Tes KRAEPPELIN dan PAULI
tes ini berisikan kertas dan angka yg membedakan hanya cara dan jumlah isinya dan KRAEPPELIN memiliki jumlah deret angka yang lebih banyak, biasanya sang psikolog hanya menginstruksikan “pindah” pada waktu tertentu dan berbeda2 untuk melihat daya tahan otak dan konsistensi.


Sumber : http://momentku.bitfreedom.com/jenis-alat-psikotest-yang-digunakan-untuk-tes-masuk-kerja

Rabu, 13 April 2011

Cakupan Privasi

Pengertian Privasi :
 Privasi adalah tingkat interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu, privasi merupakan kemampuan seseorang atau kelompok dalam mengontrol interaksi panca inderanya dengan pihak lain. Selain itu juga privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Privasi jugamerupakan suatu kemampuan untuk mengkontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan, adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya, proses pengkontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain, serta menunjukkan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya.
Fungsi Privasi :
1.Pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain.
2. Merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam berhubungan dengan orang lain.
3.Memperjelas identitas diri.
Privasi dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Privasi tinggi adalah bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain berkurang.
 2. Privasi rendah adalah bila hubungan dengan orang lain dikehendaki.

Macam tingkat privasi :
• Keterbukaan atau ketertutupan yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi denagn orang lain , atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai orang lain.

Ada 2 jenis orientasi mengenai privasi :
1. Tingkah laku menarik diri
 Solitude adalah keinginan untuk menyendiri
 Seclusion adalah keinginan untuk menjauh dari pandangan dan gangguan suara tetangga serta kebisingan lalu lintas
 Intimacy adalah keinginan untuk dekat dengan keluarga dan orang-orang tertentu , tetapi jauh dari semua orang.
2. Mengontrol informasi
 Anonmity adalah keinginan untuk merahasiakan jati diri
 Reserve adalah keinginan untuk mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain
 NotNeighboring adalah keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga

Faktor-faktor yang mempengaruhi privasi :
1.Faktor Personal.
2.Faktor Situasional.
3.Faktor Budaya

Privacy memiliki 2 jenis penggolongan
1. Golongan yang berkeinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
a. Keinginan untuk menyendiri (solitude) misalnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.
b. Keinginan untuk menjauhkan dari pandangan atau gangguan suara tetangga / lalu lintas (seclusion), misalnya saat seseorang ingin menenangkan pikirannya , ia pergi ke daerah pegunungan untuk menjauhkan diri dari keramaian kota.
c. Keinginan untuk intim dengan orang-orang tertentu saja, tetapi jauh dari semua orang (intimacy), Misalnya orang yang pergi ke daerah puncak bersama orang-orang terdekat seperti keluarga.
2. Golongan yang berkeinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang dianggap perlu.
a. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anaonimity)
b. Keinginan untuk tidak mengungkapkn diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve)
c. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring)

Pengaruh Privasi terhadap Lingkungan menurut Altman (21975) menjelaskan bahwa fungsi psikologis dari perilaku yang penting adalah mengatur interaksi antara seseorang atau kelompok dengan lingkungan sosial. Bila seseorang dapat mendapatkan privasi seperti yang diinginkannya maka ia akan dapat mengatur kapan harus berhubungan dengan orang lain dan kapan harus sendiri. Maxine Wolfe dkk mencatat bahwa pengelolaan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Westin (dalam Holahan, 1982) mengatakan bahwa ketertutupan terhadap informasi personal yang selektif, memenuhi kebutuhan individu untuk membagi kepercayaan dengan orang lain.

Schwatrz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang-orang yang sulit. Westin (dalam Holahan, 1982) dengan privasi kita juga dapat melakukan evaluasi diri dan membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri. Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu rangkuman bahwa fungsi psikologis dari privasi dapat dibagi menjadi dua yaitu, pertama privasi memainkan peran dalam mengelola interaksi sosial yang kompleks di dalam kelompok sosial. Kedua, privasi membantu kita memantapkan perasaan identitas pribadi.


Sumber :
Dharma, Agus.Teori Arsitektur 3.Jakarta:Gunadarma,1998.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab6-privasi.pdf

Cakupan Terotorialitas

A.Pengertian Teritorialitas
Menurut Holahan (dalam Iskandar, 1999) teritoritas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan atau tempat yang di tempatinya atau area yang sering melibatkan cirri pemikirannya dan pertahanan dari segala serangan.
Menurut Lang (1987), terdapat empat karakter dari territorialitas, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat
2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu
3. Hak untuk mempertahankan diri dari ganggunan luar
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis
Sedangkan menurut Altman (1975), teritorial bukan hanya alat untuk menciptakan privasi saja, melainkan berfungsi pula sebagai alat untuk menjaga keseimbangan hubungan sosial. Altman juga membagi territorialitas menjadi tiga, yaitu :
1. Teritorial Primer
Jenis tritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori uatam ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya karena menyangkut masalah serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.
2. Teritorial Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Territorial ini juga dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritori sekunder adalah semi-publik.
3. Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat.
Apa perbedaan ruang personal dengan teritorialitas? Seperti pendapat Sommer dan de War (1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi, sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah.
Teritorialitas dan Perbedaan Budaya
Setiap budaya memilki teritorialitas dan perbedaan budaya yang berbeda dan menimbulkan berbagai macam ciri khas tertentu. Akibat perbedaan budaya tersebut muncul teritorialitas. Sebagai contoh orang Jawa biasanya memberikan wejangan kepada anak-anaknya “kalau menikah harus dengan orang Jawa juga”. Dari kata-kata wejangan tersebut dapat dilihat orang Jawa memberi teritorialitasnya kepada anak-anaknya sebagai suatu batasan atau pertahanan ciri khas suatu budayanya.

Sumber :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Cakupan ruang personal

Katz adalah orang pertama kali yang mengunakan istilah personal space, istilah ini selain digunakan pada psikologi dipakai juga dalam bidang biologi, atropologi dan arsitektur (Yusuf, 1991). Masalah mengenai ruang personal ini berhubungan dengan batas-batas disekeliling seseorang. Menurut Sommer (dalam Altman,1975) ruang personal adalah daerah disekeliling seseorang dengan batas-batas yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukiny. Goffman (dalam Altman,1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak/daerah disekitar individu dimana jika dimasuki orang lain, menyebabkan ia merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implicit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain :
- Pertama, ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
- Kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
- Ketiga, pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
- Keempat, ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecamasan, stress, dan bahkan pekelahian.
- Kelima, ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antara manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial terdapat empat zona spesial yang meliputi :
- jarak intim, jarak personal,
- jarak sosial, dan
- jarak public
Dalam eksperimen Waston& Graves (dalam Gfford,1987), yang mengadakan studi perbedaan budaya secara terinci, mereka menggunakan sampel kelompok siswa yang terdiri dari empat orang yang diminta datang ke laboratorium. Siswa-siswa ini diberitahu bahwa mereka akan diamati, tetapi tanpa diberi petunjuk dan perintah. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang Arab dan kelompok lainnya terdiri dari orang Amerika. Rerata jarak interpersonal yang dipakaiorang Arab kira-kira sepanjang dari perpanjangan tangannya. Sedangkan jarak interpersonal orang Amerika terlihat lebih jauh. Orang-orang Arab menyentuh satu sama lain lebih sering dan orientasinya lebih langsung. Umumnya orang Arab lebih dekat daripada orang Amerika.
Mengikuti Hall, Watson (dalam Gifford,1987) menegaskan bahwa budaya dapat dibagi menjadi dua : Budaya kontak (Amerika latin, Spanyol, dan Maroko) duduk berjauhan satu sama lain daripada siswa-siswa dari kebudayaan non kontak (yaitu Amerika). Penelitian ini dibantu oleh Shuter, yang menjelaskan adanya bahaya dalam generalisasi yang mengatakan bahwa semua orang Amerika Latin menggunakan sejumlah ruang tertentu. Orang Costa Rika menyukai jarak personal yang lebih dekat dari pada orang Panama atau Kolombia. Sussman dan Rosenfeld (dalam Gifford,1987) menemukan bahwa orang jepang menggunakan jarak personal yang lebih lebar daripada orang Amerika, yang menggunakan lebih besar daripada orang Venezuela. Akan tetapi ketika orang jepang dan Venezuela berbicara dalam bahasa Inggris, jarak percakapan mereka seperti orang Amerika. Bahasa sebagai bagian pentingdari kebudayaan dapat mengubah kecenderungan budayaseseorang untuk menggunakan jarak interpersonal yang lebih atau kurang.

Sumber : Prabowo, H. 1998. Pengantar Psikologi Lingkungan. Seri Diktat Kuliah. Jakarta: Penerbit Gunadarma.
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab5-ruang_personal_dan_teritorialias.pdf

Kesesakan

Menurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil. Perbedaaan pengertian antara crowding (kesesakan) dengan density(kepadatan) kadang-kadang keduanya memiliki pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang.
Menurut Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor :
1. Karakteristik seting fisik.
2. Karakteristik seting sosial.
3. Karakteristik personal.
4. Kemampuan beradaptasi.
Menurut Stokols (dalam Altman, 1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding) yaitu dimana faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit, dan kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak. Stokols juga menambahkan perbedaan antara kesesakan molekuler dan molar. Kesesakan molar (molar crowding) yaitu perasaan sesak yang dapat dihubungkan denganskala luas, populasi penduduk kota, sedangkan kesesakan molekuler (moleculer crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
Menurut Morris, (dalam Iskandar, 1990) memberi pengertian kesesakan sebagai defisit suatu ruangan. Hal ini berarti bahwa dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Besar kecilnya ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikitnya penghuninya, maka akan semakin besar rasio tersebut. Sebaliknya, makin kecil rumah dan makin banyak penghuninya, maka akan semakin kecil rasio tersebut, sehinggaakan tinbul perasaan sesak (crowding) (Ancok, 1989).
Teori Kesesakan
Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu : Beban Stimulus, Kendala Perilaku, dan Teori Ekologi (Bell dkk, 1978; Holahan, 1982).
1. Model Beban Stimulus, yaitu : kesesakan akan terjadi pada individu yang dikenai terlalu banyak stimulus, sehingga individu tersebut tak mampu lagi memprosesnya.
2. Model Kendala Prilaku, yaitu : menerangkan kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa, sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu. Hambatan ini mengakibatkan individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya. Terhadap kondisi tersebut, individu akan melakukan psychological reactance, yaitu suatu bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mengancam kebebasan untuk memiliih.
3. Model Teori Ekologi, yaitu : membahas kesesakan dari sudut proses sosial.
1. Teori Beban Stimulus
Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan. Schmidt dan Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus disini dapat berasal dari kehadiran banyak orang besertaaspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
(a) Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan.
(b) Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat.
(c) Suatu percakapan yang tidak dikehendaki.
(d) Terlalu banyak mitra interaksi.
(e) Interaksi yang terjadi dirasa lalu dalam atau terlalu lama.
2. Teori Ekologi
Menurut Micklin (dalm Holahan, 1982) mengemukakan sifat-sifat umum model ekologi pada manusia. Pertama, teori ekologi perilaku memfokuskan pada hubungan timbal balik antara orang dengan lingkungannya. Kedua, unit analisisnya adalah kelompok sosial dan bukan individu, dan organisasi sosial memegang peranan sangat penting. Ketiga, menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial.
Wicker (1976) mengemukakan teorinya tentang manning. Teori ini berdiri atas pandangan bahwa kesesakan tidak dapat dipisahkan dari faktor seting dimana dimana hal itu terjadi, misalnya pertunjukan kethoprak atau pesta ulang tahun.
Analisi terhadap seting meliputi :
1. Maintenance minim, yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung suatu seting agar suatu aktivitas dapat berlangsung. Agar pembicaraan menjadi lebih jelas, akan digunakan kasus pada sebuah rumah sebagai contoh suatu seting. Dalam hal ini, yang dinamakan maintenance setting adalah jumlah penghuni penghuni rumah minimum agar suatu ruang tidur ukuran 4 x 3 m bisa dipakai oleh anak-anak supaya tidak terlalu sesak dan tidak terlalu longgar.
2. Capacity, adalah jumlah maksimum penghuni yang dapat ditampung oleh seting tersebut (jumlah orang maksimum yang dapat duduk di ruang tamu bila sedang dilaksanakan hajatan)
3. Applicant, adalah jumlah penghuni yang mengambil bagian dalam suatu seting.Applicant dalam seting rumah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
• Performer, yaitu jumlah orang yang memegang peran utama, dalam hal ini suami dan isteri.
o Non-performer, yaitu jumlah orang yang terlibat dalam peran-peran sekunder, dalam hal ini anak-anak atau orang lain dalam keluarga.
Besarnya maintenance minim antara performer dan non-performer tidak terlalu sama. Dalam seting tertentu, jumlah performer lebih sedikit daripada jumlah non-performer, dalam seting lain mungkin sebaliknya.
3. Teori Kendala Perilaku
Menurut teori ini, suatu situasi akan dianggap sesak apabila kepadatan atau kondisi lain yang berhubungan dengannya membatasi aktivitas individu dalam suatu tempat.
Menurut Altman kondisi kesesakan yang ekstrim akan timbul bila faktor-faktor dibawah ini muncul secara simultan:
1. Kondisi-kondisi pencetus, terdiri dari tiga faktor :
(a) Faktor-faktor situsional, seperti kepadatan ruang yang tinggi dalam jangka waktu yang lama, dengan sumber-sumber pilihan perilaku yang terbatas.
(b) Faktor-faktor personal, seperti kurangnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi yang padat dan rendahnya keinginan berinteraksi dengan orang lain yang didasarkan pada latar belakang pribadi, suasana hati, dan sebagainya.
(c) Kondisi interpersonal, sepwerti gangguan sosial, ketidak mampuan memperoleh sumber-sumber kebutuhan, dan gangguan lainnya.
2. Serangkaian faktor-faktor organismik dan psikologis seperti stress, kekacauan pikiran, dan persaan kurang enak badan.
3. Respon-respon pengatasan, yang meliputi beberapa perilaku verbal dan non verbal yang tidak efektif dalam mengurangi stress atau dalam mencapai interaksi yang diinginkan dalam jangka waktu yang panjang atau lama.
Faktor-Faktor yang Mempengaharui Kesesakan
Ada tiga faktor yang mempengarui kesesakan yaitu : personal, sosial, dan fisik.
1. Faktor Personal : Terdiri dari kontrol pribadi dan locus of control; budaya, pengalaman, dan proses adaptasi; serta jenis kelamin dan usia.
2. Faktor Sosial : Menurut Gifford (1987) secara personal individu dapat mengalami lebih banyak lebih sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaharui oleh karakteristik yang sudah dimiliki, tetapi di lain pihak pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk kedaan akibat kesesakan. Faktor-faktor sosial yang berpengaruh tersebut adalah:
(a) Kehadiran dan perilaku orang lain.
(b) Formasi koalisi.
(c) Kualitas hubungan.
(d) Informasi yang tersedia.
3. Faktor Fisik : Altman (1975), Bell dkk (1978), Gove dah Hughes(1983) mengemukakan adanya faktor situasional sekitar rumah sebagai faktor yang juga mempengaharui kesesakkan. Stessor yang menyertai faktor situasional tersebut seperti suara gaduh, panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, dan karakteristik seting. Faktor situasional tersebut antara lain :
(a) Besarnya skala lingkungan.
(b) Variasi arsitektural.


sumber : elearning.gunadarma.ac.id/…/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf
http://alvaroferanov.blogspot.com/2010/05/kepadatan-dan-kesesakan.html
http://raraajah.wordpress.com/2011/03/15/kesesakan-crowding/

Jumat, 25 Februari 2011

Kepadatan menurut Sundstrom (dalam Wrightsman & Deaux, 1981), yaitu sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
Penelitian terhadap manusia pernah dilakukan oleh Bell (dalam Setiadi, 1991) mencoba memerinci: bagaimana manusia merasakan dan bereaksi terhadap kepadatan yang terjadi; bagaimana dampaknya terhadap tingkah laku sosial; dan bagaimana dampaknya terhadap task performance (kinerja tugas)? Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal yang negatif akibat dari kepadatan, diantaranya :
- Pertama, ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu.
- Kedua, peningkatan agresivitas pada anak – anak dan orang dewasa (mengikuti kurva linear) atau menjadi sangat menurun (berdiam diri/murung) bila kepadatan tinggi sekali (high spatial density). Juga kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesama anggota kelompok.
- Ketiga, terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan. Juga penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menuntut hasil kerja yang kompleks.

Dalam penelitian tersebut diketahui pula bahwa dampak negatif kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negatif pada kepadatan tinggi bila dibandingkan wanita. Pria juga bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok, baik pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justru lebih menyukai anggota kelompoknya pada kepadatan tinggi.

katagori kepadatan
Menurut Altman (1975), variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial. Variasi indikator kepadatan itu meliputi :
a. jumlah individu dalam sebuah kota
b. jumlah individu pada daerah sensus
c. jumlah individu pada unit tempat tinggal
d. jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
e. jumlah bangunan pada lingkungan sekitar dan lain – lain.
- Jain (1987) berpendapat bahwa tingkat kepadatan penduduk akan dipengaruhi oleh unsur – unsur, yaitu :
a. jumlah individu pada setiap ruang
b. jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
c. jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
d. jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman.

akibat kepadatan tinggi
Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis. Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain (Heimstra dan McFarling, 1978).
Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja (Heimstra dan McFarling, 1978; Gifford, 1987).
Akibat secara psikis antara lain: stres, menarik diri, perilaku menolong (perilaku prososial), kemampuan mengerjakan tugas, perilaku agresi

sumber google...